Senin, 20 Agustus 2012

Somalia di Ujung Tanduk

Kamis, 27 Oktober 2011 10:27 WIB
Oleh Teuku Azhar Ibrahim

SOMALIA Negara yang terletak di ujung tanduk Afrika memang telah berada benar-benar di ujung tanduk. Berbagai faktor telah berperan mengantar bangsa Somalia ke pintu maut mengenaskan. Masalah ketidakstabilan politik dalam negeri, perseteruan antara pemerintah transisi yang mendapat dukungan PBB dan negera-negara Barat tapi tidak mendapat sokongan kuat dari rakyat Somalia dengan As Syabab Mujahidin yang diklaim media barat sebagai jaringan Al Qaidah yang ingin merebut tampuk pemerintahan Somalia. Ditambah lagi, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nairobi, Kenya memperingatkan kemungkinan serangan dengan target orang asing setelah pasukan keamanan Kenya menyerang wilayah Somalia untuk memburu kelompok militan Islam. Jadilah Somalia negara tak bertuan.

Kegaduhan politik membuat Somalia semakin terpuruk dan tantangan berat bukan sekadar perang tapi juga kekeringan yang mempengaruhi hasil tanaman pangan sejak 17 tahun terakhir. Gagal panen total terjadi musim tanam Oktober-Desember 2010 serta musim tanam April-Juni 2011. Secepat kilat, kebutuhan pokok naik meroket dan kebutuhan air bersih tidak tersedia. Akibatnya, bangsa Somalia mengalami krisis pangan serius. Menurut Food Security and Nutrition  Analysis Unit Somalia; 4 juta penduduk mengalami krisis kelaparan, 750,000. Diperkirakan hingga Desember 2011 berisiko mati kelaparan jika tidak ada bantuan segera untuk membantu mereka. Sebanyak 10.000 dari penduduk Somalia meniggal akibat kelaparan, setengah dari mereka terdiri dari anak-anak.

Situasi buruk itu mendorong masyarakat Somalia mengungsi ke negara-negara tentangga untuk menyelamatkan jiwa dan masa depan anak-anak mereka. Pengungsian tersebut pun tidak mudah untuk dilakukan, penduduk Mogadishu Ibu Kota Somalia harus menempuh 604 km dengan berjalan kaki atau naik keledai untuk sampai ke Dadaab kamp pengungsian yang terletak di wilayah Kenya. Dalam perjalanan  banyak para pengungsi meninggal, ibu-ibu yang memiliki beberapa orang anak memilih menyelamatkan anak yang punya kemungkinan bisa selamat sampai di kamp pengungsian, sementara anak-anak sudah lemah dan tidak sanggup lagi berjalan akan ditinggalkan sepanjang jalan. Mereka tidak banyak pilihan antara menyelamatkan satu dua orang atau mati semua.

Selain Kenya, para pengungsi Somalia juga terpaksa mengungsi ke Yaman. Menurut perkiraan Badan Pengungsi PBB, 196 ribu pengungsi Somalia berada di Yaman sementara Yaman sendiri sedang mengalami kegoncangan politik dalam negeri. Para pengungsi menyeberangi Teluk Aden dengan alat transportasi sederhana dan berisiko tinggi. Total pengungsi Somalia yang menyelematkan diri dari Kenya, Etopia, Jibouti dan Yaman mencapai 875 ribu jiwa. Dan semua pengungsi membutuhkan bantuan makanan, obat-obatan, pakaian, dan tempat berteduh.

Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta $ 1,2 M kepada Negara-negara Islam untuk membantu korban kelaparan di Somalia dan sejumlah negara di Tanduk Afrika. Namun hanya mampu menjanjikan dana bantuan sebesar $ 350 juta. Sementara Ekmeleddin Ihsanoglu, Ketua Organisasi Konferensi Islam, menyatakan bahwa angka tersebut meningkat menjadi $ 500 juta dalam pertemuan darurat Konferensi Islam.

Dari pemerintah mayoritas muslim hanya mampu menjanjikan maksimal $ 500 juta. Baru setengah kurang dari dana total yang dibutuhkan untuk menyelamatkan bangsa Somalia dan itu baru dalam bentuk janji. Dari mana lagi bantuan yang bisa diharapkan untuk menyelamatkan tiap jiwa di Somalia. Untunglah beberapa negara muslim telah melakukan tindakan langsung tanpa harus menunggu keputusan pemerintah untuk membantu Somalia. Sepeti Gerakan Saudi Untuk Penyelamatan Somalia telah memberangkatkan 3.920 ton bahan makan yang terdiri dari beras, susu, kurma, beberapa jenis makanan dan 160 ton diantaranya selimut serta tenda. Brad Pitt dan Angelina Jolie Sumbang $ 218.000. Dan banyak lagi atas nama personal, LSM dan pemerintah telah memberikan bantuan kepada Somalia, dan masih banyak lagi yang dibutuhkan.

Sebagai umat Islam tidak hanya berpangku tangan melihat penderitaan Muslim di Somalia atau hanya sekadar menjadi penonton dari perjalanan bantuan yang dilakukan pihak lain. karena Persatuan Ulama International telah mengeluarkan seruan untuk membantu Somalia. Dalam bentuk fatwa di poin pertama; Menyeru seluruh pemerintah Islam untuk melaksanakan kewajiban iman dan nasionalnya untuk mengirimkan bantuan kepada rakyat Somalia. Dan pada poin ke tiga: meminta kepada rakyat muslim untuk mengulurkan bantuan semampunya untuk menolong rakyat Somalia. Fatwa tersebut didasarkan dasarkan pada Surah Al Maidah ayat 32; “Allah juga telah menjadikan barangsiapa yang memelihara satu nyawa dengan cara apa pun, maka seolah ia telah memelihara seluruh manusa” dan Hadits Rasulullah tentang “persaudaraan sesama muslim.”

Selaku orang Aceh; mengulur tangan kepada bangsa Somalia menjadi tanggungjawab moral yang wajib ditunaikan. Aceh telah menerima banyak bantuan dunia ketika musibah tsunami menimpa negeri ini. Dunia memberi bantuan kepada rakyat Aceh yang tertimpa musibah dengan mengabaikan agama anutan, warna kulit orang Aceh dan  konflik yang sedang berkecamuk saat itu di Tanah Rencong. Para donatur dan LSM dalam dan luar negeri datang membawa sen demi sen yang dikumpulkan sepanjang jalan seantero dunia.

Inilah saatnya bagi orang Aceh untuk membalas jasa baik bangsa lain, kebetulan pula hampir seratus persen bangsa Somalia adalah muslim. Obligasi moral berganda-ganda terhadap masyarakat Aceh.  Wujud terima kasih kepada dunia (thanks to world) tidak hanya sebatas monumen yang di bangun di Blang Padang tapi wujud nyata dan dapat dirasakan oleh Bangsa Somalia yang sedang menderita kelaparan. Berterima kasih itu penting walau dalam bahasa Aceh tidak padanan kata terima kasih.

* Penulis alumnus Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah Peduli Somalia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar